Candi Gunung Wukir

Senin, 30 Juni 2008

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.

Di candi ini pada bangunan utama dari empat bangunan yang ada ditempatkan suatu arca yoni yang melambangkan wanita dengan ukuran cukup besar. Kini keempat bangunan candi ini hanya tinggal dasar bangunan sehingga kelihatan menyerupai altar. Bila melihat sekitar bangunan itu bisa dijumpai reruntuhan batu candi yang menjadi dinding dari keempat bangunan candi itu.

Lingga yang seharusnya tertancap di yoni dan menjadi simbol pria juga sudah tidak terlihat. Beberapa lingga berserak di sekitar bangunan candi. Selain lingga dan yoni, arca lembu betina atau andini juga ditemukan di situs candi itu.

Prasasti yang menggunakan angka tahun untuk pertama kali dijumpai pada prasasti Canggal berangka tahun 654 Saka atau 732 M. Prasasti ini ditemukan di lokasi situs Candi Gunung Wukir. Prasasti itu menceritakan pertama kali candi itu dibangun. Benih kebudayaan India itu disemaikan di lahan yang tepat dan subur. Kesuburan ini ditandai dengan situs candi yang selalu berlokasi di wilayah pertanian subur.


Sumber: supra22.blogspot.com ; Wikipedia

Read more.....

Candi Gunung Sari

Candi Gunung Sari adalah salah satu candi Hindu Siwa yang ada di Jawa. Lokasi candi ini berdekatan dengan Candi Gunung Wukir tempat ditemukannya Prasasti Canggal. Candi Gunung Sari dilihat dari ornamen, bentuk, dan arsitekturnya kemungkinan lebih tua daripada Candi Gunung Wukir. Di Puncak Gunung Sari kita bisa melihat pemandangan yang sangat mempesona dan menakjubkan. Candi Gunung Sari terletak di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Candi gunung sari terletak di sebuah puncak bukit, dahulu saat diketemukan candi ini masih terpendam di dalam tanah. kemudian digali (permukaan tanah dihilangkan) sehingga dapat terlihat sebuah bangunan candi, tidak berupa sebuah bangunan candi yang berdiri megah namun berupa serakan bagian-bagian candi (pondasi candi).

Sumber Tambahan dari Wikipedia

Read more.....

Candi Asu

Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, Kecamatan dukun, Kabupaten magelang, provinsi Jawa tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari Candi ngawen. Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing'. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman Wisata Candi prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat.

Perlu diketahui nama Asu pada candi ini bukan berasal dari kata asu dalam Bahasa Jawa ngoko yang berarti anjing. Kata asu adalah hasil perubahan kebiasaan pengucapan masyarakat setempat dari kata aso atau mengaso yang berarti istirahat.

Candi Asu ini memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan Candi Borobudur ataupun Prambanan, dan berbentuk bujur sangkar. Di dekat candi itu juga ditemui Candi Pendem dan Candi Lumbung yang memiliki ukuran dan bentuk relatif sama. Uniknya di ketiga bangunan candi ini, di dalamnya terdapat lubang semacam sumur sedalam hampir dua meter dengan bentuk kotak berukuran sekitar 1,3 meter x 1,3 meter.

Menurut arkeolog Soekmono seperti dikutip dari buku Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, sumur itu digunakan sebagai tempat pemujaan. Pemujaan tersebut bisa ditujukan kepada seorang tokoh tertentu atau arwah seorang raja.

Masih menurut buku itu, berdasarkan Prasasti Kurambitan I dan II yang ditemukan dekat situs Candi Asu, ketiga candi ini didirikan tahun 869 Masehi. Kedua prasasti ini dikeluarkan Pamgat Tirutanu Pu Apus yang menyebut ketiga bangunan itu sebagai bangunan suci atau Salingsingan.

Yang menarik perhatian, hanya beberapa meter di selatan Candi Asu juga terdapat Sungai Tlingsing. Menurut buku Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, nama Tlingsing mungkin bisa berasal dari kata talingsing atau salingsing yang bisa diidentikkan dengan nama Salingsingan.

Namun yang pasti, berdiri di atas bangunan Candi Asu seperti melihat permadani hijau. Sekeliling situs dipenuhi kebun sayur-sayuran. Suara alam berupa kicau burung pun memenuhi ruang sekitar candi.

Namun, sumur di candi ini tidak seperti ditemui di Candi Pendem dan Asu yang kosong. Sumur di candi ini dipenuhi reruntuhan kubah candi. Memang menurut Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, ketiga bangunan candi ini diperkirakan memiliki kubah. Meski kini pada Candi Pendem dan Asu, kubah itu sudah tidak terlihat lagi.

DALAM sejarah peradaban Jawa Kuno, sebenarnya arsitektur kubah belum dikenal di kalangan masyarakat Jawa hingga kebudayaan India yang membawa peradaban Hindu-Buddha ke wilayah Jawa.

Menurut arkeolog Universitas Indonesia Dr Agus Aris Munandar, seperti dikutip dari artikelnya yang berjudul Kesejajaran Arsitektur Bangunan Suci India dan Jawa Kuno, Jacues Durmacay, seorang arsitek yang mendalami peninggalan arsitektur Jawa kuna, menunjukkan bahwa pada awalnya bangunan suci atau candi dalam masyarakat Jawa kuno tidak didirikan dalam bentuk lengkap dengan dinding dan kubah. Sebaliknya, candi hanya berupa bangunan dasar berupa altar yang di permukaannya diletakkan obyek-obyek sakral, seperti lingga, yoni, maupun arca. Dengan demikian, candi- candi pada peradaban Jawa kuno masih bersifat terbuka dan arca utama bisa dilihat dari luar.

Obyek candi berupa arca semacam lingga dan yoni ini dapat dijumpai di Candi Gunung Wukir yang berada beberapa kilometer arah selatan dan hampir mendekati perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tepatnya di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam.


Photo from : hanacaraka.com

Read more.....

Candi Ngawen



Candi Ngawen adalah candi Budha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi mendut dari arah yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.

Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran kinara-kinari dan kala-makara.

Sebagai tempat pemujaan umat Buddha, seni arsitektur Candi Ngawen terbilang unik. Van Erp adalah salah satu peneliti yang memulai penelitian Candi Ngawen tahun 1909. Tepatnya tahun 1920, ia memulai ekskavasi candi dengan mengeringkan lahan sawah tempat Ngawen ditemukan. Kini, candi ini tetap dikelilingi hamparan sawah yang menawarkan keindahan tersendiri.

Keunikan seni arsitektur candi ini, salah satunya ditemukan pada arca singa yang menopang empat sisi bangunan candi yang berhasil direkonstruksi dari lima bangunan yang diperkirakan seharusnya ada. Gaya ukiran arca singa ini menyerupai lambang singa pada negara Singapura, dan berfungsi mengaliri air yang keluar lewat mulut arca.

Menurut sumber sejarah, arca singa semacam ini tergolong sulit ditemukan pada bangunan-bangunan candi di Jawa. Namun, arca model ini dapat ditemui di beberapa kuil di wilayah Mathura di India.

Read more.....

SMA Pangudi Luhur Van Lith

Kampus SMA Pangudi Luhur Van Lith yang sekarang ini, sebelumnya pernah digunakan untuk mendidik calon guru SD dengan sistem asrama yang didirikan oleh Pastor Fransiskus Gregorius Yosephus Van Lith, SJ. pada tahun 1904. Sekolah Guru tersebut berupa RC Kweekschool dan Normaalschool.

Romo Fransiskus Gregorius Van Lith Sj. dilahirkan di Oirachot, Belanda pada tanggal 17 Mei 1863.
Datang ke Jawa tahun 1896, meninggal di Semarang pada tanggal 17 Mei 1926. Dan dimakamkan di Muntilan.


Pada tahun 1952 sekolah tersebut diserahkan kepada Kongregasi Bruder FIC, yang dalam perkembangannya menjadi SGB, SMP, dan kemudian SGA Xaverius.

Pada tahun 1966 SGA Xaverius berganti nama menjadi SPG Van Lith.

Pada tahun 1991 Pemerintah menutup semua SPG di seluruh Indonesia dan SPG Van Lith beralih fungsi menjadi SMA Pangudi Luhur Van Lith Berasrama dengan status Disamakan berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No. 488/C/Kep/I/92 tanggal 31 Desember 1992


Silahkan kunjungi: SMA Pangudi Luhur Van Lith

Read more.....

Magelang itu..

Kabupaten Magelang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota kabupaten ini adalah Kota Mungkid yang terletak di Kecamatan Mungkid. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung di utara, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali di timur, Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo di barat.

Candi Borobudur, sebuah mahakarya peninggalan Dinasti Syailendra yang kini menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia, berada di wilayah Kabupaten Magelang.

Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Boyolali terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi (2.911 m dpl). Bagian barat (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo) terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian Bukit Menoreh. Bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di Kabupaten Magelang terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini. Pertemuan kembali kedua titik itu terletak di desa Progowati yang konon dahulu di tempat itu lebih banyak wanitanya dibanding pria.


Kabupaten Magelang terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Mungkid.

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut.
Mungkid, Muntilan, Grabag, Salam, Salaman, Ngluwar, Tempuran, Srumbung, Borobudur, Ngablak, Bandongan, Sawangan, Secang, Tegalrejo, Mertoyudan, Dukun, Candimulyo, Windusari, Kajoran, Kaliangkrik, Pakis,

Magelang berada di jalur strategis yang menguhubungkan dua ibu kota provinsi: Semarang-Yogyakarta. Mungkid, ibu kota kabupaten ini, berada sekitar 10 km sebelah selatan Kota Magelang. Mungkid dulunya adalah kota kecamatan yang kemudian dikembangkan menjadi ibu kota baru kabupaten ini, menggantikan Kota Magelang. Secang merupakan persimpangan jalan negara Semarang-Yogyakarta dengan jalan provinsi menuju Temanggung.

Dahulu Magelang dilalui jalur kereta api yang menghubungkan Semarang-Yogyakarta, bahkan merupakan salah satu jalur kereta api tertua di Indonesia. Namun sejak meletusnya Gunung Merapi, jalur tersebut rusak dan tidak difungsikan lagi.

Candi Borobudur merupakan obyek wisata andalan Provinsi Jawa Tengah yang kini mendapat perlindungan dari UNESCO sebagai warisan dunia (World Heritage). Selain Borobudur, terdapat sejumlah candi di antaranya Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Ngawen, Candi Canggal, Candi Selogriyo, dan Candi Gunungsari.

Selain candi, Magelang memiliki obyek wisata alam, antara lain kawasan wisata Kopeng, Gardu Pandang Ketep juga air terjun Kedung Kayang kira-kira 5 km dari Ketep Pass, Gardu Pandang Babadan, Curug Silawe, pemandian air panas Candi Umbul dan air terjun Sekar Langit (di Kecamatan Grabag). Di samping itu Kali Progo dan Kali Elo juga sering digunakan untuk wisata arung jeram. Satu museum terletak di jalan antara Candi Mendut dan Borobudur, yaitu Museum Senirupa Haji Widayat.

Makanan khas Magelang di antaranya gethuk trio, wajik salaman, tape ketan muntilan, kupat tahu, sop senerek, dan salak nglumut magelang’.
Kesenian khas Magelang antara lain adalah kubro siswo, badui, dan jathilan.

dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Magelang

Read more.....

Van Lith dan Muntilan "Bethlehem van Java"

MUNTILAN, sebuah kota kecamatan di Jawa Tengah, terletak pada KM 25 dari Yogyakarta ke Magelang, menorehkan kisah pembenihan dan pembentukan elite Katolik di Jawa. Selain nama Pastor R Sandjaja Pr yang terbunuh tahun 1948, dikenang manis pula nama Pastor FGJ Van Lith SJ (1863-1926). Mereka dimakamkan di lokasi yang sama, Pemakaman Muntilan, salah satu tempat ziarah umat Katolik di Jawa.

Pada akhir abad ke-19, 1897, Van Lith mulai berkarya di Muntilan, yang dia sebut sebagai "Bethlehem van Java". Ia menetap di Desa Semampir di pinggir Kali Lamat. Di desa kecil itu ia mendirikan sebuah sekolah desa dan sebuah bangunan gereja yang sederhana. Gereja kecil dan sekolah desa itu kemudian berkembang menjadi satu kompleks gedung-gedung yang di tahun 1911 dinamai St Franciscus Xaverius College Muntilan.

Salah satu sekolah yang kemudian dikenal sebagai trade mark adalah sekolah guru. Sekolah guru untuk penduduk pribumi Jawa tersebut didirikan tahun 1906, dan bisa dimasuki oleh anak Jawa dari mana pun, dari agama apa pun. Sengaja Van Lith menempatkan pendidikan sebagai unsur terpenting dalam kaderisasi masyarakat Jawa. Lewat pendidikan sekolah di Muntilan dihasilkan elite politik Katolik seperti Kasimo, Frans Seda, dan sejumlah tokoh lain.

Meskipun akhirnya sekolah ini menjadi inti kaderisasi elite politisi Katolik Indonesia, tidak kalah penting kecintaan Van Lith pada bumi dan manusia Jawa. "Aku hidup di tengah-tengah orang Jawa; berperasaan dan berpikir seperti mereka," tulis Romo Van Lith.

Tujuan pendidikan yang diselenggarakannya adalah meningkatkan kualitas anak-anak Jawa sehingga mereka mendapatkan kedudukan yang baik dalam masyarakat.

Sekolah guru berbahasa Belanda itu (Kweekschool), yang didirikan tahun 1906, mula-mula mempunyai murid 107 orang, 32 di antaranya bukan Katolik. Di tahun 1911 dibuka secara resmi seminari (sekolah calon pastor) pertama di Indonesia karena sebagian di antara lulusannya ingin jadi pastor. Satu di antaranya Mgr A Soegijapranata SJ (1896- 1963), yang kemudian Uskup Keuskupan Agung Semarang-uskup pertama pribumi.

Tahun 1948, kompleks sekolah ini dibakar. Tetapi, dari sana sudah dihasilkan elite Katolik Indonesia. Berbeda dengan bangunan sekolah Mendut yang menghasilkan elite perempuan yang tak berbekas sama sekali, kompleks sekolah Muntilan masih punya petilasan. Selain gereja Paroki Muntilan yang tahun ini genap 110 tahun, di sana masih ada sekolah berasrama, SMU Van Lith.

NAMA Van Lith dikenang banyak orang. Mgr Soegijapranata, salah seorang muridnya, mencatat di tahun 1950, "adalah seorang imam Belanda yang oleh orang Jawa, baik Katolik maupun bukan Katolik sampai hari ini dihormati sebagai Bapak Orang Jawa...." Ia pun diusulkan sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) Partai Sarikat Islam, pimpinan teman dekat Van Lith, KH Agus Salim. Memang ia tidak pernah jadi anggota Dewan Rakyat. Tetapi, atas kegiatannya di bidang pendidikan ditunjuk menjadi anggota Dewan Pendidikan Hindia Belanda dan anggota Komisi Peninjauan Kembali Ketatanegaraan Hindia Belanda.

Di kedua lembaga itu Pater Van Lith memperjuangkan kepentingan pribumi. Belanda marah. Maka, ketika mau kembali ke Indonesia setelah berobat di Belanda, dia dihalang-halangi kembali. Ia dicap sebagai "orang yang terlampau giat, kurang berhati-hati, dan beberapa kali ucapannya membuat orang tersinggung". Namun, akhirnya Van Lith boleh kembali ke Indonesia, 9 Juni 1926, meninggal di Muntilan dan dimakamkan di sana dengan adat Jawa.

Kepeloporan Romo Van Lith dalam proses penyadaran bangsa Indonesia atas hak-hak mereka diakui dan dihargai Gereja. Ia dicatat sebagai peletak dasar misi di Jawa. Bumi Muntilan dicatat memberi sumbangan besar. Meskipun kompleks bangunan asli sudah terbakar, "semangat Muntilan" tetap berkobar dalam banyak hati rasul awam dan rohaniwan.

Kemudian, dalam peringatan 100 tahun pastor-pastor Jesuit berkarya di Indonesia (1959), diabadikan kebanggaan: "Sesungguhnyalah! Mulailah Muntilan!"

Paus Yohanes Paulus II, dalam pidatonya di Unika Jakarta, 12 Oktober 1989, menyatakan, "Dalam Gereja Katolik di Indonesia kaum intelektual sejak semula memainkan peranan yang mengagumkam. Di banyak daerah, tulang punggung perkembangan umat adalah guru-guru. Umat Katolik melibatkan diri secara aktif dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia."

Paus Yohanes Paulus II, saat berpidato di Yogyakarta tanggal 10 Oktober 1989, mengungkapkan isi hatinya. Ia melukiskan hari itu berada di jantung Pulau Jawa untuk secara khusus mengenang mereka yang telah meletakkan dasar bagi umat-Nya, yaitu Romo Van Lith SJ dan dua muridnya, Mgr Soegijapranata dan Bapak IJ Kasimo.

(ST SULARTO, dari berbagai sumber)>kompas kcm, Sabtu, 27 Desember 2003

Read more.....

opening

Kamis, 19 Juni 2008


Hai....
sLamedh datang di blog ku....
berhubung masih awal, nikmati seadanya dulu yo...



Piss and Rock...!!!!!

Read more.....